Hey, This is Candy!
by
Magical Dust
- 2/09/2017 06:00:00 AM
weheartit.com |
Yoga anak yang tidak pandai bergaul. Ia
merasa bahwa sendiri itu lebih menyenangkan, ia juga merasa tidak akan
merepotkan atau direpotkan orang lain. Selain itu dengan menyendiri, ia dapat
mempunyai banyak waktu untuk dirinya sendiri.
Yoga merasa hidupnya sangat sempurna, ia
tak perlu memikirkan apapun –selain Ibu atau sekolahnya tentu saja. Ayahnya
kabur dari rumah, lelaki itu meninggalkan kewajibannya sebagai suami dan ayah.
Tapi memang sifat Yoga yang malas berpikir, ia cuek dengan itu semua, masa
bodoh dengan Ayahnya yang entah berada di mana. Menurutnya, ada hal yang lebih
penting untuk dikerjakan, yaitu mengobati luka sakit hati Ibunya yang
ditorehkan sang Ayah.
Yoga hendak berjalan ke kamar mandi
rumahnya, tapi ketika melihat pintu kamar Ibunya terbuka, langkah kakinya
terhenti. Yoga masuk ke kamar Ibunya, membelai rambut sang Ibu, lalu
menyelimutinya dengan selimut. Setelah beberapa saat memandangi wajah Ibunya,
ia kembali keluar ruangan, menutup pintu kamar, lalu berjalan menuju kamar
mandinya. Anak itu sangat menyayangi Ibunya lebih dari apapun.
Baru Yoga hendak ingin masuk ke kamar
mandi dengan handuk yang melilit sebagian tubuhnya, dirinya hampir terjungkal
kaget mendapati sosok cewek mungil yang sedang gosok gigi di depan cerminnya.
“Siapa lo?! Ngapain di
sini?!” Yoga setengah berteriak agar Ibunya tidak bangun.
“Aku Candy. Candy akan nemenin Yoga di
sini..” jawab Candy setelah melepas sikat gigi dari mulutnya.
Tubuh mungil Candy perlahan mendekati
Yoga. Ia berjalan sangat halus, cara jalannya sagat anggun, sampai akhirnya
Yoga memilih mundur ketika sadar bahwa cewek itu bukan berjalan melainkan
melayang! Yoga bergidik ngeri. Cewek dengan wajah pucat tapi mempunyai mata
bersinar itu mengedipkan matanya genit, membuat Yoga muak. Lalu tatapan mata
Candy jatuh pada handuk yang melilit pinggang Yoga. “Pakai celana gih kalau
nggak melorot tuh handuk,” godanya .
“KELUAR LO SETAN MESUM!!” teraik Yoga
tak peduli lagi dengan Ibunya yang masih terlelap. Ia bahkan juga tidak peduli
status Candy adalah setan. Wajah Yoga merah padam, ia merasa harga dirinya
telah habis diinjak-injak Candy. Rahangnya mengatup keras sementara jarinya
menunjuk ke arah luar.
“Iya, jangan marah dong, baru Candy
becandain sedikit doang.” Candy merenggut. Tiba-tiba saja ia menembus dinding
kamar mandi, dan menghilangkan diri, membuat Yoga kembali merinding karena ia
kembali tersadar bahwa Candy adalah setan.
***
“Bu, rumah kita berhantu.” ujar Yoga di
sela makan paginya. Hari ini hari Minggu, dan sudah menjadi kebiasaan Ibu dan
Yoga untuk maka bersama di pagi dan malam hari, mengingat hari Minggu Ibu tidak
pergi ke kantor.
“Maksudmu Candy?” Ibu
balik tanya.
Yoga membelalakkan
matanya. “Ibu tau dia?”
“Ibu sengaja minta orang pinter buat
datengin temen ghaib buat temenin kamu. Abis Ibu liat kamu sendiri terus dan
nggak mau main sama temen golongan manusia, makanya ibu mau ngasih kamu temen
ghaib. Lagipula Ibu pikir dia anaknya baik kok, nggak ganggu lagi.”
Yoga geleng-geleng kepala. Ibunya
benar-benar konyol! ”Ibu lagi stress pekerjaan ya? Masa setan mesum itu jadi
temenku?”
“Kamu ngeledek Candy
ya? Dibilang Candy kan cuma bercanda.”
Ibu dan Yoga otomatis
menoleh ke sumber suara, di situ ada Candy yang hanya memainkan sendok dan
garpu yang ia susun menjadi bentuk abstrak. Candy menoleh ke Ibu, lalu
tersenyum manis. “Candy masih boleh tinggal di sini kan, Bu?”
“Eh apaan-apaan lo! Dia
Ibu gue, jangan seenaknya aja manggil Ibu!” bentak Yoga tak terima.
“Eh sudah-sudah. Yoga,
coba kamu anggap Candy sebagai adik atau paling nggak jadi temen kamu..”
Suara lembut Ibunya membuat Yoga enggan
membantah, ia hanya diam, berusaha tidak memikirkan apapun mengenai ini,
termasuk menganggap Candy ada.
***
Sudah beberapa hari ini Candy menemani
Yoga saat Ibunya pergi bekerja. Bukannya membuat Yoga merasa tidak kesepian,
Candy malah membuat Yoga uring-uringan sendiri. Setiap hari ada saja
pertengkaran yang terjadi antara kedua makhluk beda alam itu. Contohnya saja :
“Woy setan mesum! Lo
apain komputer gue sampe nggak bisa nyala begini?!”
“Candy! Udah gue bilang
kalo masuk kamar cowok itu ketuk pintu dulu! Dasar mesum!”
“PR gue kenapa lo
tumpahin minyak goreng, Candy?!”
Atau dari pihak Candy sendiri :
“Yoga, Candy bilang
Candy nggak sengaja. Jadi jangan ngatain Candy mesum terus dong!”
“Nanti Candy bilangin
ke Ibu kalo Yoga di rumah kerjaannya marah-marah mulu lho.”
“Yoga setiap hari
ngomel mulu!”
Tapi kejadian hari ini benar-benar tidak
bisa Yoga tolerir lagi. Bayangkan saja karya seni miniature sekolah yang sudah
ia buat selama tiga minggu dengan menggunakan kertas tiba-tiba saja hancur
berantakan saat Candy mencoba melempar bantal untuk mengusir kucing
tetangganya, padahal besok seharusnya pekerjaan itu sudah siap dikumpulkan.
Yoga benar-benar marah. Akhir-akhir ini Candy memang menambah beban pikirannya,
dan inilah yang terburuk. Yoga yang jarang berpikir tentang masalahnya langsung
menjadi stress dan uring-uringan sendiri.
“ELO KELUAR SEKARANG JUGA DARI RUMAH
INI!! SETAN MESUM! PENGACAU! PEMBAWA SIAL!” amuk Yoga melempar apapun yang ada
di sekitarnya kearah Candy.
Candy hampir menangis, matanya yang
bersinar kini tertutup oleh bulir air mata. Sakit yang dialaminya bukan karena
benda-benda yang dilempar Yoga –benda itu tembus begitu saja di badan Candy–
tetapi karena perkataan Yoga yang menyayat hati. Tidak ada Ibu di sini, ia
sedang di luar kota, melayani clientnya
dengan penuh hormat, dan itu berarti tidak ada yang membelanya. Dengan gontai
Candy berjalan ke luar rumah, lalu tiba-tiba menghilang di teras rumahnya.
***
Candy bingung harus pergi kemana.
Sebenarnya sebagai setan ia bisa tinggal dimana saja, tapi ia sangat kesepian
sekarang. Berteman dengan sesama setan akan membuat dirinya menjadi korban
ledekan karena tidak bisa membuat orang lain ketakutan –hal itu dikarenakan
umurnya yang masih belia dan matinya juga tidak dalam kondisi hancur. Tapi
Candy bersyukur, tiga hari lagi dirinya akan bereinkarnasi –kepercayaan bahwa
seseorang yang mati akan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Candy
belum tahu ia akan bereinkarnasi menjadi manusia, hewan ataupun tumbuhan, tapi
yang pasti Candy sudah bosan menjadi setan selama tujuh tahun.
Candy baru ingat sesuatu. Ia berencana
menyusul Ibu di luar kota dan pamit untuk bereinkarnasi. Untung ia sempat
menanyakan alamat dimana Ibu bertemu dengan clientnya.
Dan dengan sekali hentakan, ia menghilang.
Candy muncul kembali di atas pohon tepat
di samping gedung tempat pertemuan Ibu dengan clientnya. Dari sana ia bisa melihat Ibu dengan senyum merekah
duduk di hadapan 3 clientnya yang
duduk membelakangin Candy.
Tiba-tiba mata Candy terpaku pada benda
yang dibawa salah satu client
tersebut. Benda berkilau itu sering Candy lihat saat Ibu masak di dapur, orang
itu membawa sebilah pisau! Kejadian begitu cepat hingga pada akhirnya, orang
itu mengapit leher Ibu dengan tangannya, sedang pisau tadi ia letakkan di depan
leher Ibu. Dua orang lainnya yang di dalam ruangan itu panik, mereka tak berani
berteriak, karena jika mereka berteriak, Ibulah korbannya.
Candy masih bergeming di tempat. Ia
masih sbuk berpikir motif si pelaku dan arah jalan si pelaku melarikan diri.
Tak lama Candy langsung tahu bagaimana si pelaku akan melarikan diri nanti. Di
balkon ruang pertemuan itu sudah terlilit tali dari seprei yang panjangnya dari
lantai 5 sampai pintu samping lantai 1, lalu di bawahnya juga ada satu buah
motor –yang mungkin digunakan untuk melarikan diri.
Candy mulai bergerak cepat tanpa
berpikir terlebih dahulu motif si pelaku. Ia berjalan ke arah tali, membongkar
ikatannya satu persatu, lalu menyembunyikan sepeda motor tersebut ke rumah
kosong yang pagarnya tak terkunci. Beruntung pintu samping ini terletak di gang
yang sepi, jadi tak ada yang melihat motor atau tali dari seprei itu
bergerak-gerak sendiri.
Setelah selesai, Candy mulai terbang ke
arah balkon. Dengan sengaja tak menampakkan diri, ia tiba-tiba merasuki tubuh
sang pelaku. Awalnya ia agak kesusahan karena berebut tempat dengan roh pelaku
itu sendiri, tapi akhirnya ialah yang menang.
Dengan memakai tubuh pelaku, Candy
menancapkan pisau ke arah rambut Ibu yang dikepol lalu menempelkannya ke
dinding sebagai barang bukti.
Ibu sedikit kaget, doanya untuk
diselamatkan mungkin akan terkabul sebentar lagi. Tapi Ibu lebih kaget ketika
suara pelaku berubah menjadi suara anak gadis kecil yang dikenalnya, Candy.
“Ibu tenang aja ya, nggak usah takut.”
ujar Candy lembut. Ia menengok ke dua client
si Ibu, ”Kalian panggil keamanan, dan jangan bilang tubuh orang ini kurasuki.”
perintahnya.
Dua orang itu langsung mengangguk dan
keluar ruangan. Candy masih merasuki tubuh si pelaku, takut kalau ia
melepasnya, si pelaku malah menjadi brutal.
Baru setelah beberapa petugas keamanan
datang, Candy keluar dari tubuh si pelaku, yang kebingungan akan posisinya yang
berubah drastis. Orang itu akhirnya ditangkap, dan Candy belum mengetahui
motifnya hingga saat ini.
“Tunggu aku di pintu samping,” bisik Ibu
mengedipkan satu matanya.
Candy tersenyum dan mengangguk. Masalah
selesai!
***
“Maaf udah buat kamu menunggu lama,
sayang. Aku dimintai keterangan oleh polisi tadi.”
Candy tersenyum menanggapi permintaan
maaf Ibu. Ia mengamati Ibu dari bawah hingga atas dan baru menyadari bahwa
Ibunya –dan tentu saja Ibu Yoga– masih sangat kelihatan muda dan segar di
usianya yang menginjak 37 tahun.
“Terimakasih sudah menolong Ibu tadi.
Oiya ngomong-ngomong mana Yoga? Biasanya kalian bersama-sama.” tanya Ibu
memandang sekeliling.
Candy menunduk, ia tak bisa untuk
membendung air matanya, “Candy diusir.” Lirihnya.
“Kenapa emang?!” suara Ibu meninggi, ia
hendak membelai rambut sebahu milik Candy tapi ternyata usahanya sia-sia.
Candy menghapus airmatanya, lalu mulai
menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan Yoga. Saat itu pula
ia baru menyadari perkataan teman pocongnya dulu, ‘Setan juga manusia, punya
rasa punya hati’, adalah benar.
“Yoga emang keterlaluan, nanti Ibu akan
mengomeli dia.” tegas Ibu geram.
Candy menggeleng. “Nggak perlu Bu, Candy
akan bereinkarnasi tiga hari ke depan.”
“Bereinkarnasi?”
Candy mengangguk. “TItip salam buat
Yoga, Bu. Oiya bilang juga Candy itu bukan setan mesum. Hehe..”
Ibu tersenyum mengangguk, dan tak lama
Candy menghilang tak berbekas.
***
Sudah dua minggu semenjak kepergian
Candy, kehidupan Yoga yang awalnya sedikit bewarna kini pudar lagi. Ia juga
sangat menyesal atas perlakuannya kepada Candy, dan berharap tiga hari sebelum
bereinkarnasi, Candy akan terus menghabiskan waktu bersamanya.
Yoga berjalan loyo seperti biasa ke arah
rumahnya sepulang sekolah, tapi mendadak langkahnya terhenti ketika mendapati
seekor kucing yang sedari tadi menguntitnya dari belakang. Ia berbalik badan,
menggendong kucing itu kedalam pelukannya. Dan pada akhirnya Yoga menyadari
sesuatu, mata kucing itu mirip sekali dengan mata Candy, sama-sama bersinar,
sama-sama memiliki harapan.
“Ini Candy.”
Yoga menyapukan pandangannya, mencari
sumber suara yang baru saja membuat bulu kuduknya merinding.
“Dan Candy bukan setan mesum.”
Kali ini tatapan mata Yoga jatuh di
manik mata kucing itu.
“Candy berubah menjadi kucing yang
cantik bukan?”
Kucing itu bicara! Dan kucing itu Candy!
Yoga menelan ludah, memberanikan bertanya, “Kenapa lo malah bereinkarnasi jadi
hewan, bukan manusia?”
“Karena aku sudah membuat dosa dulu
dengan membunuh Ayahmu.”
Yoga hampir menjerit.
-Fin